Beragam Tradisi Unik Idul Adha Di Indonesia

Beragam Tradisi Unik Idul Adha Di Indonesia

Setiap tahunnya umat Islam di Indonesia akan memperingati Hari Raya Idul Adha. Selain menyembelih hewan kurban dan membagikannya kepada orang tak mampu, umat Islam dari berbagai daerah Indonesia juga menggelar sejumlah tradisi secara turun temurun. Ada sejumlah tradisi unik Idul Adha di Indonesia yang menjadi bukti keragaman budaya di Nusantara. Tradisi-tradisi ini masih dijalankan secara rutin oleh masyarakat-masyarakat di daerah hingga sekarang. Sebagian dari tradisi yang ada berkaitan dengan hewan kurban. Pasalnya, umat Muslim memang sangat disunnahkan untuk berkurban pada hari raya Idul Adha. Perintah ini dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran :
“ Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). ” (Q.S Al-Hajj: 34)
Dalam hadist riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah juga dijelaskan bahwa ibadah kurban merupakan sunnah yang membawa kebaikan.
“ Aku atau mereka bertanya: Hai Rasulullah, apakah kurban itu? Nabi SAW menjawab: ‘Itulah suatu sunnah ayahmu Ibrahim.’ Mereka bertanya (lagi): ‘Apakah yang kita peroleh dari kurban itu?’ Rasulullah SAW menjawab: ‘Di tiap-tiap bulu kita mendapat suatu kebajikan. ’”
Berikut penjelasan yang sudah Slamet Aqiqah rangkum dari berbagai sumber mengenai tradisi Idul Adha yang dilakukan oleh umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia.
1. Meugang Di Aceh  Meugang adalah tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Allah SWT. Proses meugang diawali dengan memotong hewan kurban. Selanjutnya membagikan daging kepada warga sekitar atau fakir miskin. Meski inti acaranya adalah penyembelihan dan pembagian daging hewan kurban, tapi ada juga warga yang membeli daging di pasar. Tradisi ini mempunyai tujuan mempererat hubungan kekeluargaan. 2. Apitan Di Semarang  Tradisi Apitan berasal dari adanya bulan yang diapit, yaitu bulan Syawal dan bulan Zulhijjah. Rangkaian acara dimulai dengan aksi kuda lumping dari kelompok kesenian Turonggo Seto. Dulunya merupakan suatu sarana dan prasarana untuk kegiatan sedekah bumi apitan, yang kemudian dikembangkan menjadi suatu kegiatan yang merakyat serta dapat menghibur masyarakat Sampangan Semarang. Apitan merupakan bentuk syukur warga terhadap rezeki (hasil bumi) yang Allah SWT berikan. Warga yang ikut serta dalam Apitan akan berebut demi mengambil hasil tani yang menjadi arakan. Baca Juga Jasa Paket Aqiqah di Tangerang Selatan – Hubungi Kami Slamet Aqiqah 081 878 9119. 3. Gamelan Sakaten Di Surakarta  Gamelan Sekaten mulanya adalah pusaka milik Kerajaan Mataram yang terdiri dari dua perangkat. Yakni Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Guntur Sari. Keduanya dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agungyang pada tahun 1644 M. Tidak hanya ketika Idul Adha, gamelan sekaten merupakan tradisi rutin menjelang Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Khusus perayaan Idul Adha, tabuhan musik gamelanakan digelar setelah shalat Idul Adha. Biasanya, warga yang menyaksikan gamelan sekaten akan mengunyah kinang. Menurut warga setempat, kegiatan mengunyah kinang bertujuan agar mereka mendapat umur panjang dan bisa menyaksikan tradisi ini di tahun-tahun berikutnya. 4. Grebek Gunungan Di Yogyakarta  Tradisi turun temurun ini identik dengan arak-arakan atau kirab gunungan. Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Grebeg Besar merupakan tradisi yang digelar oleh Keraton Yogyakarta, untuk memperingati Hari Raya Idul Adha. Ada 7 buah gunungan yang tersusun sedemikian rupa dalam tradisi ini. Ketujuh gunungan akan dibagi di 3 tempat berbeda yakni halaman Kagungan dalem Masjid Gede, Pendopo Kawedanan Pengulon, dan Kepatihan serta Puro. Warga setempat yang datang menyaksikan akan berebutan hasil tani yang diarak. Menurut kepercayaan setempat, jika kamu berhasil mengambil hasil bumi dalam bentuk gunungan ini maka artinya bisa mendatangkan berkah. 5. Manten Sapi Di Pasuruan  Pasuruan juga memiliki tradisi unik jelang Hari Raya Idul Adha, yakni manten sapi. Dalam pelaksanaannya, sapi kurban akan dimandikan dan dihias dengan cantik. Sapi diberikan kalung bunga tujuh rupa dibalut dengan kain kafan, sorban dan sajadah. Setelah itu, semua sapi akan diarak menuju mesjid untuk diserahkan kepada panitia kurban. Masyarakat setempat mengadakan acara ini untuk memberikan penghormatan terhadap sapi dan hewan kurban yang akan disembelih keesokan harinya. 6. Toron Dan Nyalasi Di Madura  Warga Madura memiliki 2 tradisi mudik, yaitu pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. Dan mudik saat Idul Adha disebut dengan tradisi toron. Toron dalam bahasa Madura berarti turun kebawah. Di mana orang-orang Madura yang sedang merantau atau bekerja keluar daerah akan pulang ke kampung halamannya. Sedangkan, dalam bahasa Madura, nyalase berarti nyekar atau ziarah ke makam untuk mendoakan para leluhur. Kegiatan nyalase ini biasa mereka lakukan setelah pelaksanaan shalat Idul Adha. 7. Mepe Kasur Di Banyuwangi  Jelang Idul Adha, masyarakat suku osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi menggelar tradisi unik bernama Mepe Kasur atau Menjemur Kasur. Tradisi mepe kasur dilakukan sejak pagi hingga siang hari. Uniknya tradisi ini adalah semua kasur yang dijemur berwarna sama, yaitu merah dan hitam.Hitam memiliki arti langgeng dan merah itu berani. Tradisi ini berlangsung menjelang hari raya kurban dengan tujuan menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga. 8. Ngejot Di Bali Tak hanya dikenal dengan wisata mancanegara ya, ternyata Bali memiliki tradisi Ngejot yang dilaksanakan tiap menjelang Idul Adha. Dikutip dari kemenag.com, ngejoy adalah rutinitas umat beragama di Bali untuk merayakan hari penting dalam keagamaan, termasuk saat Idul Adha. Perbedaan agama dan toleransi yang tinggi di masyarakat Bali justru menghasilkan tradisi penuh makna. Warga muslim Bali akan menjalankan tradisi ini dengan berbagi makanan, minuman, serta buah kepada tetangga nonmuslim. Kegiatan ini adalah bentuk rasa syukur warga muslim terhadap tetangganya yang memiliki toleransi tinggi. 9. Accera Kalompoang Di Gowa  Gowa, Sulawesi Selatan ternyata memiliki tradisi penuh makna dan sakral, yakni Accera Kalompoang. adalah acara resmi untuk mencuci benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa. Tradisi ini dilakukan dua hari berturut-turut, sehari sebelum Idul Adha dan di hari raya itu sendiri. Prosesinya dilakukan di Istana Raja Gowa atau Rumah Adat Balla Lompoa. Acara Idul Adha ini sendiri menjadi salah satu upaya untuk mempersatukan keluarga kerajaan dengan pemerintah. Baca Juga Paket Aqiqah Anak Laki-laki dan Paket Aqiqah Anak Perempuan.
10. Kaul Negeri Dan Abda’u Di Maluku Tengah  Masyarakat Negeri Tulehu, Maluku Tengah, merayakan kaul dan abda’u sesaat setelah melaksanakan salat Idul Adha secara berjamaah. Kaul dan abda’u adalah tradisi adat puncak dari serangkaian parade budaya yang dilakukan masyarakat Tulehu. Tak hanya satu desa, tapi juga melibatkan masyarakat dari desa-desa sekitarnya. Tradisi ini sudah berlangsung cukup lama, tercatat sejak abad ke-17. Prosesnya, pemuka adat dan agama di Negeri Tulehu akan menggendong 3 ekor kambing dengan kain setelah shalat Idul Adha selesai. Mereka akan berjalan mengelilingi desa dengan iringan takbir dan shalawat menuju masjid. Baru setelahnya, penyembelihan hewan kurban akan berlangsung setelah Ashar. Tujuan perayaan Idul Adha yang sudah berjalan ratusan tahun ini untuk menolak bala serta meminta perlindungan kepada Tuhan. 11. Tradisi Lawa Pipi Di Uli Halawang Maluku Tengah  Pada perayaan Idul Adha, umat Islam di Uli Halawang, Maluku Tengah, akan menggelar tradisi Lawa Pipi atau arak-arakan hewan kurban.  Kata Lawa Pipi berasal dari bahasa Hila. Terdiri dari dua kata, ‘Lawa’ yang artinya lari dan ‘Pipi’ punya makna kambing. Lawa Pipi dilakukan sehari setelah shalat Idul Adha. Dilansir dari laman Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, kambing yang boleh dipakai biasanya berumur di atas dua tahun dan tidak cacat. Kambing yang terpilih punya sebutan Tema. Sebelum disembelih, kambing tersebut akan dibawa ke halaman Rumah Raja Oolong dan didoakan bersama-sama. Setelah itu, diarak keliling kampung. Hewan-hewan itu kemudian akan diajak berlari mengelilingi Masjid Adat Hasan Sulaiman sebanyak tujuh kali menyerupai Tawaf. Pada akhirnya, hewan tersebut dipotong dan orang-orang akan melemparkan uang, baik uang kertas maupun koin, ke area pemotongan. Tradisi ini dipercaya warga setempat sebagai tindakan buang sial. Itulah beberapa tradisi unik yang dilakukan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia saat Idul Adha. Semoga bisa tetap dijaga dan dilestarikan. Kami Juga Menyediakan Jasa Paket Aqiqah di Jakarta Selatan, Bagi Anda Yang Ingin Aqiqah dan Qurban Bisa Hubungi Kami Slamet Aqiqah 081 878 9119.
WhatsApp WA Sekarang
Pesan Sekarang