Maulid Nabi jatuh pada 12 Rabiul Awal yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini dapat diisi dengan kegiatan amal saleh sebagai bentuk teladan akhlak mulia beliau. Lantas, apakah boleh puasa di hari maulid? Informasi waktu kelahiran Rasulullah SAW bersumber dari hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas. Hal ini tercatat dalam Menurut Syekh Shafiyur Rahman al-Mubarakpuri dalam Sirah Nabawiyah terjemahan Abd Hamid.
وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ
Artinya: “Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12 di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, tahun gajah”
Maulid Nabi Boleh Puasa Tidak?
Dilansir dari Hammud bin Abdullah Al-Mathr dalam buku Al Bid’ah wa Al Muhdatsat wa maa Laa Ashla Lahu terjemahan Asmuni, Rasulullah SAW, khulafaur rasyidin maupun para sahabat tidak pernah mengajarkan amalan khusus pada hari maulid Nabi. Hal ini berlaku pula untuk amalan puasa khusus pada hari maulid Nabi. Baca Juga Jasa Paket Aqiqah di Tangerang Seletan – Hubungi Kami Slamet Aqiqah 081-878-9119
Hukum pengerjaan puasa pada hari maulid Nabi turut dijelaskan dalam mazhab Maliki. Dikutip dari Syekh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab Jilid 2 terjemahan Umar Mujtahid, hukum berpuasa di hari maulid Nabi adalah makruh. Kemakruhan pengamalannya bahkan disetarakan dengan pengamalan puasa pada dua hari raya.
“Juga berpuasa di hari maulid Nabi karena hari Maulid hampir sama seperti hari id atau hari besar lainnya,” demikian keterangan dalam buku tersebut.
Jumhur ulama mendefinisikan makruh sebagai hukum taklifi berupa larangan terhadap suatu perbuatan tetapi tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut atau yang disebut dengan larangan karahah.
Meski demikian, pelakunya mendapat pahala jika ia meninggalkannya karena melaksanakan perintah, dan orang yang melakukannya tidak mendapat hukuman. Hal serupa diyakini Mantan Ketua Komite Fatwa Al Azhar Syekh ‘Atiyyah Saqr melalui lamannya. Menurutnya, tidak ada ibadah khusus yang dilakukan pada hari maulid Nabi.
Namun, ada ulama yang tetap menganjurkan puasa ini dengan tujuan mewujudkan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad. Misalnya, dirujuk dari NU Online, Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam Husnul Maqshid fi Amalil Mawlid berkata,
والشكر لله تعالى يحصل بأنواع العبادات كالسجود والصيام والصدقة والتلاوة وأي نعمة أعظم من النعمة ببروز هذا النبي صلى الله عليه وسلم الذي هو نبي الرحمة في ذلك اليوم
Artinya: “Syukur kepada Allah SWT terwujud dengan pelbagai jenis ibadah, misalnya sujud (shalat sunnah), puasa, sedekah, dan membaca Al-Quran. Adakah nikmat yang lebih besar pada hari ini dari kelahiran Nabi Muhammad SAW, nabi kasih sayang.”
Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya puasa Maulid tidak memiliki landasan hukum yang bersumber langsung kepada Al-Quran maupun sunnah Rasulullah SAW. Alhasil, boleh-boleh saja mengerjakan puasa pada hari tersebut.
Syaikh Abdurrahman al-Juzairi berpendapat bahwasanya hukum puasa pada Maulid Nabi adalah makruh. Bahkan, dijelaskan bahwasanya kemakruhannya memiliki derajat yang sama dengan berpuasa pada dua hari raya.
Sebagai informasi, makruh berarti larangan terhadap suatu perbuatan tanpa adanya dalil yang menunjukkan keharaman perilaku tersebut. Bila ditinggalkan, seseorang akan mendapat pahala, tetapi jika dikerjakan, seseorang tidak mendapat hukuman. Wallahu a’lam.
Pengamalan Puasa pada Maulid Nabi
Maulid Nabi 12 Rabiul Awal pada tahun ini bertepatan dengan Senin, 16 September 2024. Meski tidak ada penganjuran puasa khusus pada hari maulid Nabi, muslim bisa meniatkan puasa sunnah besok untuk puasa Senin yang dirangkai pada Kamis sesuai anjuran Rasulullah SAW. Baca Juga Paket Aqiqah Laki laki dan Paket Aqiqah Perempuan
Niat puasa Senin Kamis bisa diamalkan mulai dari malam hari sebelum berpuasa. Pendapat ini didasarkan dari Syekh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri dalam kitab Minhajul Muslim terjemahan Musthofa Aini, Amir Hamzah dan Kholif Mutaqin,
Meski demikian, niat puasa ini juga masih bisa diamalkan setelah fajar atau terbitnya matahari selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Hal ini dilandasi dari hadits Aisyah RA,
هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ غَدَاء ؟ فقُالْنَا: لاَ. قَالَ: فَإِنيِّ إِذاً صَائِم
Artinya: “Nabi SAW masuk kepadaku pada suatu hari dan beliau bertanya, ‘Apakah ada sesuatu padamu (makanan yang bisa dimakan)? Aku menjawab, ‘Tidak ada,’ Beliau berkata, ‘Maka sesungguhnya aku puasa’.” (HR Muslim)
Puasa Senin pada Maulid Nabi Muhammad SAW
Telah disinggung sekilas sebelumnya bahwa Maulid Nabi Muhammad bertepatan dengan hari Senin. Oleh karenanya, pada hari tersebut, detikers dianjurkan untuk mengerjakan puasa sunnah Senin. Dengan demikian, kebaikan besar akan diraih dengan seizin Allah SWT.
Dirangkum dari buku Catatan Fikih Puasa Sunnah karya Hari Ahadi, beberapa dalil puasa Senin adalah sebagai berikut:
Dari Abu Qatadah, Nabi SAW ditanya tentang puasa Senin, lalu, beliau menjelaskan,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَأُنْزِلَ عَلَى فِيهِ
Artinya: “Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu awal wahyu turun kepadaku.” (HR Muslim 1162 dan Ahmad V/297)
Diambil dari buku Adakah Maulid Nabi SAW oleh Abdullah bin Abdul Aziz at-Twaijiry dan Dakhiullah bin Bakhit al-Mathrafi, perlu diingat bahwasanya Nabi Muhammad SAW tidak mengkhususkan puasa Senin ini pada tanggal kelahirannya saja. Sebab, pada hari-hari Senin lainnya, Rasulullah tetap mengerjakan puasa sunnah ini.
Di samping hadits di atas, dalil puasa Senin lainnya datang dari riwayat Abu Hurairah, bahwasanya Nabi Muhammad bersabda,
تُعْرَضُ الأعمال يوم الاثنين والخميس، فَأُحِبُّ أَن يُعْرَضَ عملى وأنا صائم
Artinya: “Amalan-amalan dihadapkan (kepada Allah) tiap Senin dan Kamis. Dan saya suka saat amalanku dihadapkan dalam kondisi sedang berpuasa.” (HR Tirmidzi 747 dan Ibnu Majah 1740)
Terakhir, ada pernyataan Aisyah yang bisa membantu detikers agar termotivasi mengikuti kebiasaan Rasulullah berpuasa sunnah pada hari Senin,
كَانَ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَتَحَرَّى صِيَامَ الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ
Artinya: “Rasulullah SAW biasa memilih untuk berpuasa sunnah pada hari Senin dan Kamis.” (HR An-Nasa’i 2360 dan Ibnu Majah 1739)
Jadi, puasa di hari kelahiran Nabi diperbolehkan, tapi hukumnya sunah atau tidak wajib. Apabila dilakukan, seseorang akan mendapatkan pahala. Jika tidak, ia pun tidak berdosa.
Selain puasa saat Maulid Nabi Muhammad SAW, umat Islam dianjurkan untuk puasa sunah Senin – Kamis selama bulan Rabiul Awal. Kenapa? Puasa Senin – Kamis adalah salah satu puasa yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah juga sering menjalankan puasa sunah tersebut. Sesuai hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ
Artinya: “Pintu-pintu surga dibuka setiap Senin dan Kamis. Maka Allah mengampuni dosa setiap hamba-Nya yang tidak musyrik, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya sesama Muslim (hingga keduanya saling memaafkan).” Kami Juga Menyediakan Jasa Paket Aqiqah di Jakarta Selatan, Bagi Anda Yang Ingin Aqiqah Bisa Hubungi Kami Slamet Aqiqah 081-878-9119