“Mastitis sangat umum terjadi pada ibu menyusui. Namun, ibu bisa mencegahnya dengan melakukan beberapa cara, seperti meningkatkan frekuensi menyusui, hingga memastikan air susu ibu (ASI) keluar dengan lancar saat menyusui.”
Mastitis adalah kondisi yang umum terjadi pada ibu menyusui yang menyebabkan rasa tidak nyaman. Bahkan, kondisi ini juga bisa memengaruhi proses pemberian ASI pada bayi.
Mastitis merupakan peradangan pada jaringan payudara, yang biasanya terjadi karena infeksi bakteri. Namun, ibu tidak perlu khawatir, karena mastitis dapat dicegah dengan beberapa cara sederhana.
Apa itu Mastitis?
Lactating mastitis atau mastitis adalah inflamasi atau peradangan pada jaringan payudara yang umumnya terjadi pada ibu menyusui. Meski begitu, mastitis jenis lain (non-lactating mastitis) bisa juga terjadi pada ibu yang tidak menyusui, namun kondisi ini tergolong jarang terjadi.
Mastitis biasanya terjadi pada salah satu payudara, namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada keduanya. Kondisi ini paling sering menyerang ibu pada 6–12 minggu pertama pascapersalinan. Mastitis dapat menimbulkan rasa nyeri hebat, sehingga membuat penderitanya sering kali menghentikan pemberian ASI akibat rasa ketidaknyamanan tersebut.
Meski begitu, mastitis adalah kondisi yang tidak berbahaya bagi si kecil. Jadi, sebaiknya ibu tetap melanjutkan aktivitas menyusui secara perlahan karena si kecil membutuhkan ASI eksklusif yang mengandung senyawa antibakteri untuk melindunginya dari infeksi. Selain itu, menyusui juga dapat mempercepat proses penyembuhan mastitis.
Penyebab Mastitis
Mastitis adalah kondisi yang sering dialami oleh ibu menyusui, namun bisa juga terjadi pada ibu yang sedang tidak menyusui dan sudah menopause. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing penyebabnya. Baca Juga Jasa Paket Aqiqah di Tangerang Seletan – Hubungi Kami Slamet Aqiqah 081-878-9119
A. Penyebab Mastitis pada Ibu Menyusui
Pada ibu menyusui, penyebab utama terjadinya mastitis adalah tersumbatnya saluran air susu ibu oleh penumpukan ASI (clogged milk duct). Kemudian, bakteri yang berasal dari permukaan kulit atau mulut bayi dapat masuk ke dalam saluran susu ibu melalui celah pada kulit puting payudara atau bukaan dari saluran susu.
Penumpukan ASI dalam payudara yang mengalami stagnasi (penghentian) yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Adapun beberapa faktor yang dapat memicu penyumbatan saluran susu adalah:
1. Ibu tidak menghasilkan terlalu banyak ASI.
2. ASI tidak dikeluarkan secara teratur.
3. Posisi perlekatan mulut bayi saat menyusu kurang tepat.
4. Proses menyapih bayi terlalu cepat.
5. Bayi tidak cukup menyusu.
6. Terlalu sering menggunakan salah satu payudara saja untuk menyusui.
B. Penyebab Mastitis pada Wanita secara Umum
Sementara itu, mastitis pada wanita yang tidak menyusui dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut ini:
1. Mencabut atau mencukur bulu di sekitar puting payudara.
2. Menderita penyakit kulit, misalnya eksim.
3. Cedera pada payudara.
4. Terdapat tindikan di payudara.
5. Menderita penyakit tertentu, seperti HIV/AIDS atau diabetes.
6. Memasang implan payudara.
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah sehingga rentan terkena infeksi. Misalnya pada orang yang sedang menjalani perawatan radioterapi.
Faktor Risiko Mastitis
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mastitis adalah sebagai berikut:
1. Sering melakukan olahraga berat, terutama yang menggunakan tubuh bagian atas.
2. Pernah menderita infeksi payudara sebelumnya.
3. Memiliki kebiasaan merokok.
4. Tidak mendapatkan cukup nutrisi.
5. Stres berlebihan.
Sering memakai bra yang terlalu ketat, menggunakan sabuk pengaman, atau membawa tas berat yang dapat memberikan tekanan berlebih pada payudara. Baca Juga Paket Aqiqah Laki laki dan Paket Aqiqah Perempuan
Gejala Mastitis
Adapun beberapa gejala yang sering dijumpai pada kasus mastitis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri pada payudara yang meradang secara terus-menerus atau saat sedang menyusui.
2. Nyeri pada saat payudara disentuh.
3. Bengkak pada payudara.
4. Kemerahan pada kulit payudara dan payudara terasa hangat.
5. Demam.
6. Gejala seperti flu, yakni menggigil dan meriang.
7. Muncul sensasi terbakar pada payudara saat menyusui.
Selain sejumlah gejala utama di atas, beberapa kondisi yang dapat menyertai mastitis adalah:
1. Tubuh terasa lemas dan pegal.
2. Mual.
3. Muncul benjolan di payudara.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening di dekat ketiak atau leher.
Diagnosis Mastitis
Sebelum dilakukan penanganan, dokter perlu menegakkan diagnosis mastitis terlebih dahulu. Penegakkan diagnosis dapat dimulai dengan melakukan anamnesis (wawancara medis) untuk mengetahui gejala dan riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh, kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi ada atau tidaknya benjolan pada payudara, serta tanda-tanda fisik lainnya.
Bagi ibu menyusui yang sudah mengalami beberapa kali kekambuhan mastitis, dokter akan melakukan pemeriksaan sampel ASI di laboratorium. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi bakteri penyebab infeksi dan menentukan jenis antibiotik yang sesuai dengan kondisi pasien.
Kemudian, dokter biasanya juga akan menyarankan pasien untuk melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
USG payudara: Bertujuan untuk memeriksa benjolan pada payudara.
Mammografi: Digunakan untuk memeriksa tanda-tanda kanker payudara.
Biopsi payudara: Dilakukan dengan mengambil sampel jaringan payudara untuk diperiksa di laboratorium. Adapun tujuannya adalah membantu mendeteksi kemungkinan adanya sel kanker.
Kultur darah: Pemeriksaan yang dilakukan apabila mastitis terus terjadi atau semakin memburuk. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi.
Komplikasi Mastitis
Salah satu komplikasi yang dapat dipicu oleh mastitis adalah abses payudara, yaitu benjolan
berisi nanah yang terbentuk di payudara. Benjolan tersebut dapat memicu rasa nyeri dan terkadang diperlukan tindakan pembedahan kecil (minor) untuk mengeluarkan nanah di dalamnya.
Tindakan ini sangat penting untuk dilakukan, karena jika dibiarkan, abses bisa berdampak serius bagi kesehatan ibu, seperti menyebabkan rasa nyeri hebat yang berkepanjangan, infeksi kronis, hingga terbentuknya jaringan parut atau bekas luka pada payudara.
Selain abses payudara, mastitis juga dapat memicu terjadinya infeksi jamur di payudara karena penggunaan antibiotik secara berlebihan. Biasanya kondisi ini ditandai dengan gejala kemerahan pada puting payudara, serta rasa nyeri dan sensasi panas di payudara.
Cara Mengatasi Mastitis
Mastitis adalah kondisi yang memerlukan pengobatan sesegera mungkin agar ibu bisa kembali nyaman saat menyusui buah hati dan mencegah terjadinya komplikasi serius. Adapun pilihan pengobatan untuk mastitis adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan Direct Breastfeeding
Pertama, cara mengobati mastitis adalah memperbaiki aliran ASI dengan melakukan direct breastfeeding atau menyusui secara langsung sesering mungkin. Jika terasa sakit, ibu dapat meringankan rasa sakitnya dengan menggunakan kompres hangat atau memijat payudara sebelum dan sesudah menyusui.
Namun, bila tidak memungkinkan untuk menyusui karena rasa nyeri yang cukup hebat, ibu bisa menggunakan alternatif lain seperti memompa ASI atau breast pump.
2. Pemberian Antibiotik dan Obat Antinyeri
Kedua, penanganan mastitis dapat dilakukan dengan memberikan obat antibiotik yang aman untuk ibu menyusui dan bayinya guna mengurangi infeksi bakteri. Selain itu, obat antinyeri seperti ibuprofen dan parasetamol dapat diberikan untuk mengatasi rasa nyeri.
Seorang ibu yang sedang menyusui harus berhati-hati karena terdapat beberapa obat-obatan yang dilarang untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui karena bisa berbahaya bagi bayi. Oleh sebab itu, konsultasikan dan ikuti anjuran dokter dengan baik.
Cara Mencegah Mastitis Selama Menyusui
Ada beberapa langkah yang bisa ibu lakukan untuk mencegah terjadinya mastitis selama masa menyusui, antara lain:
1. Kosongkan payudara saat menyusui
Pastikan bayi mengonsumsi ASI dengan cara yang tepat hingga ASI dalam payudara habis. Membiarkan payudara terlalu penuh dapat menyebabkan penyumbatan saluran ASI dan meningkatkan risiko mastitis.
2. Perhatikan posisi menyusui yang tepat
Pastikan ibu dan bayi dalam posisi yang benar saat menyusui. Posisi menyusui yang salah dapat menyebabkan trauma pada puting susu dan memicu peradangan. Pastikan mulut bayi berada di bagian areola (area sekitar puting) dengan baik untuk mencegah masalah ini.
3. Frekuensi dan durasi menyusui yang konsisten
Cara mencegah mastitis juga bisa dengan lebih sering menyusui. Hal ini dapat membantu mengurangi penumpukan ASI di payudara. Cobalah untuk menyusui bayi secara konsisten setiap 2-3 jam, atau sesuai dengan kebutuhan bayi. Jangan ragu untuk memberikan ASI lebih sering jika bayi membutuhkannya. Dengan menyusui lebih rutin, maka ibu bisa menurunkan risiko peradangan yang memicu rasa nyeri.
4. Pastikan ASI keluar dengan lancar
Jika ibu merasa ASI tidak keluar dengan lancar atau ada keluhan nyeri pada puting, konsultasikan dengan konselor laktasi atau petugas kesehatan. Memastikan keluarnya ASI dengan baik dapat menghindari masalah potensial seperti penyumbatan saluran ASI.
5. Hindari penggunaan botol atau dot
Cara mencegah mastitis juga bisa melalui hal ini. Sebaiknya hindarilah memberikan botol atau dot pada bayi, sebelum dia benar-benar terampil dalam menyusu dari payudara. Pasalnya, penggunaan dot ini dapat menyebabkan kebingungan puting. Jika perlu, gunakan teknik pemberian ASI dengan sendok atau cangkir.
6. Jaga kebersihan
Pastikan kebersihan payudara dan tangan sebelum menyusui. Selalu cuci tangan sebelum menyentuh payudara atau mengurus bayi untuk mencegah penyebaran bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
7. Istirahat yang cukup
Menjaga tubuh tetap bugar dan istirahat yang cukup dapat dijadikan cara mencegah mastitis. Hal ini dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dan mencegah risiko infeksi.
8. Kelola stres dengan baik
Stres dapat mempengaruhi produksi ASI dan sistem kekebalan tubuh. Karena itu, kelolalah stres dengan baik. Contohnya dengan berolahraga, meditasi, atau berbicara dengan orang yang dapat dipercaya.
9. Gunakan bra yang nyaman dan tepat
Bra yang terlalu ketat atau tidak sesuai ukuran dapat menyebabkan sumbatan pada saluran ASI. Pilih bra yang nyaman dan mendukung untuk menghindari masalah ini.
10. Perhatikan tanda-tanda awal mastitis
Jika ibu merasa nyeri, kemerahan, atau benjolan pada payudara, segera konsultasikan dengan petugas kesehatan. Penanganan dini mastitis akan lebih efektif dan membantu mencegah komplikasi lebih lanjut. Nah, itulah beberapa cara mencegah mastitis yang bisa ibu lakukan. Dengan melakukan beberapa tips tersebut, ibu dapat mengurangi risiko mengalami mastitis dan menyusui dengan lebih nyaman. Kami Juga Menyediakan Jasa Paket Aqiqah di Jakarta Selatan, Bagi Anda Yang Ingin Aqiqah Bisa Hubungi Kami Slamet Aqiqah 081-878-9119